Rabu, 25 Juli 2012

Proses Pembuahan

MENGENAL TERJADINYA HAID DAN HAMIL (3)

(bagian 3 dari 6 tulisan)


Proses pembuahan

Dalam sekali hubungan badan, seorang suami rata-rata
mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc air mani
yang normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta
buah sel sperma.

Setelah air mani ini terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal
saluran kelamin istri, jutaan sel sperma ini akan berlarian
melintasi rongga rahim, saling berebut untuk mencapai sel
telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim.

Dalam waktu 1 jam saja sejak dipancarkan, sebagian sel
sperma sudah bisa sampai ke tempat pembuahan. Namun
dari sekian juta sel sperma yang ada, ternyata hanya sebuah
sel sperma yang lebih dahulu menyentuh sel telur saja yang
dizinkan membuahi.

Segera setelah ada satu sel sperma yang berhasil membuahi
sel telur yang hanya sebuah ini, maka terjadilah perubahan-
perubahan pada permukaan sel telur hingga tak bisa lagi
dimasuki oleh sel-sel sperma lainnya. Akhirnya jutaan
sisa sperma lainnya yang kalah bersaing akan mati dengan
sendirinya.

Proses pembuahan atau proses konsepsi ini normalnya terjadi
di dalam "tuba falopi" yaitu saluran kecil yang menghubungkan
antara kandung telur dengan rongga rahim. Kandung telur dan
rahim itu terletak pada dua tempat yang terpisah, dan saluran
tuba ini menghubungkan antara keduanya. Ketika ovulasi, sel
telur matang yang keluar dari kandung telur memang mampu
bergerak menuju ke dalam lubang saluran tuba ini, untuk
selanjutnya menunggu kedatangan sel sperma di sana.

(Gambar proses dan tempat pembuahan, lihat attachment)

Perlu juga dipahami bahwa normalnya sel-sel sperma yang
dikeluarkan pria itu selalu ada dalam keadaan matang setiap
saat. Kapanpun hubungan badan dilakukan, sejak pria berusia
akil balig maka sperma yang dikeluarkan pria umumnya dalam
keadaan matang dan siap untuk membuahi sel telur setiap saat.
Hal ini tidak seperti sel telur yang hanya matang satu kali setiap
siklus bulanan haid dan hanya sebuah saja yang bisa matang.

Umur sperma pun lebih panjang, sehingga setelah dipancarkan,
ia mampu bertahan hidup antara 1 hari hingga 3 hari di dalam
alat kandungan istri, tidak seperti sel telur matang yang hanya
mampu hidup beberapa jam setelah ovulasi. Mengingat lamanya
umur sperma ini, maka hubungan suami istri yang dilakukan
pada 3 hari sebelum hari ovulasi pun masih berpeluang untuk menyebabkan
kehamilan.

Hal ini bisa terjadi karena sel-sel sperma yang telah dipancarkan,
yang masuk ke alat kandungan istri setelah hubungan badan, bisa
bertahan dan menunggu kedatangan sel telur matang sampai 3
hari di saluran tuba yang akan dilewati oleh sel telur. Sehingga
begitu sel telur matang yang hanya sebuah ini keluar ketika
ovulasi dan bergerak dari kandung telur menuju ke sana, maka
sel sperma yang sudah siap selama 3 hari menunggu kedatanganya,
akan langsung menyerang sel telur untuk membuahinya, begitu
sel telur matang ini tiba di sana.

Ketika sel telur dibuahi, di dalam inti sel telur akan terjadi
reaksi persenyawaan antara sifat-sifat atau kromosom dari sel
telur dengan sifat-sifat yang dibawa oleh sel sperma. Hasil
persenyawaan sifat-sifat yang berasal dari sebuah sel sperma
dan sel telur ini menentukan sifat-sifat yang akan dimiliki oleh
calon janin. Dengan demikian kelak akan terwujud anak yang
memiliki sebagian sifat-sifat ayah serta sebagian sifat-sifat
yang berasal dari ibu.

Pada saat pembuahan pun jenis kelamin sudah ditentukan,
namun bukan oleh sel telur tapi ditentukan oleh jenis sel
sperma. Di dalam air mani itu terdapat 2 jenis sperma, yaitu
sel sperma X sebagai pembawa sifat kelamin perempuan,
dan sel sperma Y sebagai pembawa sifat kelamin laki-laki.

Bila yang berhasil membuahi sel telur adalah sperma jenis
X maka kelak akan menjadi anak perempuan. Sedangkan
sebaliknya bila yang membuahi adalah sel sperma jenis Y
maka anaknya kelak adalah laki-laki.

Jadi penentuan jenis kelamin ini bergantung kepada persaingan
di antara kedua jenis sperma ini dalam mencapai sel telur
ketika pembuahan. Dengan demikian secara teoritis untuk
mengharapkan jenis kelamin anak yang diinginkan kelak lahir,
bisa disiasati berdasarkan karakterisktik sel-sel sperma.
Prinsipnya yaitu dengan memberikan kesempatan prioritas
membuahi kepada salah satu jenis sperma, apakah sperma X
ataukah Y sesuai yang diharapkan.

Antara sperma jenis X dan Y memang ada perbedaan dalam
hal kekuatannya, daya tahan hidupnya serta sifat kimianya. Sel
sperma Y (jenis pria) sifatnya mampu berlari cepat, sehingga
akan lebih dulu sampai ke sel telur, namun usianya pendek
sehingga lebih cepat mati. Sedangkan sperma X (jenis wanita)
gerakannya lebih lambat tapi mampu bertahan hidup lebih lama
di dalam alat kandungan istri.

Oleh karenanya bila hubungan badan dilakukan tepat pada saat
hari ovulasi, kemungkinan besar akan terlahir bayi laki-laki,
karena sperma Y mampu berlari kencang untuk mencapai sel
telur mendahului sperma X. Sedangkan bila hubungan badan
dilakukan 1 hari atau 3 hari sebelum ovulasi dan tak ada
hubungan badan lagi sesudah itu hingga ovulasi, maka
kemungkinan besar akan menghasilkan anak perempuan. Hal
ini karena sebelum ovulasi, sel-sel sperma jenis Y sudah banyak
yang lebih dulu mati, sementara sperma X (jenis wanita) masih
bisa bertahan hidup hingga 3 hari di saluran tuba untuk menunggu
datangnya sel telur yang keluar saat ovulasi.

Secara kimia, sperma X lebih tahan terhadap suasana asam,
sedangkan sperma Y lebih tahan dalam suasana basa. Sehingga
bisa dipahami, mengapa ibu-ibu yang sering mengalami keputihan
umumnya anak-anaknya adalah perempuan. Hal ini karena akibat
infeksi pada keputihan menyebabkan vagina menjadi lebih bersifat
asam. Akibatnya sperma Y mudah mati, sedangkan sperma X yang
memang tahan asam, bisa mampu bertahan hidup. Alhasil kalau
terjadi pembuahan, maka sperma X akan lebih berpeluang membuahi, sehingga
menghasilkan anak perempuan.

Berangkat dari adanya perbedaan sifat fisika dan sifat kimia di
antara kedua macam sperma ini, maka kemudian lahirlah beberapa
metoda alami, untuk menentukan jenis kelamin janin anak.
Metoda tersebut bisa dilakukan oleh pasangan suami istri untuk mendapatkan
salah satu jenis kelamin anak yang diharapkan lahir.
Namun penggunaan metoda alamiah tersebut tidak dijamin
100 % berhasil, paling hanya berkisar 65 % saja.

Di samping itu ada juga metota yang menggunakan teknologi
tinggi, yang menyerupai prinsip metoda bayi tabung. Dengan
metoda yang berbiaya mahal ini pun tidak bisa dijamin 100 %
berhasil, paling hanya sekitar 95 % saja keberhasilannya.

Metoda penetuan jenis kelamin anak ini hingga sekarang masih
menjadi perdebatan di antara para ahli medis. Di samping
masalah tingkat keberhasilannya, juga tentang boleh tidaknya
tindakan tersebut dari sudut pandang etik kedokteran, maupun
menurut pandangan agama. Memang, hanya Tuhan saja yang
berhak menentukan jenis kelamin sebuah kehamilan.

Dalam keadaan normal, setelah sel telur ini dibuahi oleh sel
sperma di saluran tuba, selanjutnya calon janin ini akan bergerak
melalui saluran tersebut menuju ke dalam rahim. Sesampainya
di rongga rahim kemudian hasil pembuahan ini menempel dan
tertanam pada lapisan permukaan dinding rongga di dalam rahim.

Pada hari ke 6 setelah pembuahan, calon janin ini biasanya
sudah berhasil menempel dan tertanam di dalam rongga rahim. Selanjutnya
buah kehamilan ini akan terus tumbuh dan
berkembang mengisi rongga rahim serta mendapatkan berbagai
sumber makanan, oksigen, dll, dari tubuh ibu melalui tali pusat
dan ari-ari (placenta). Pada kehamilan 4 bulan, seluruh organ
tubuh janin sudah terbentuk sempurna. Setelah itu, janin akan
bertambah besar dan matang sampai akhirnya menjadi bayi yang
siap untuk dilahirkan